Sabtu, 24 November 2012

Persib Juara Ligina Pertama


Yang saat itu masih menjadi pertanyaan, adalah status semua tim yang berlaga di Liga Indonesia 1994 – 1994. Jika Galatama masih berstatus non-amatur, sedangkan Perserikatan masih full amatir. Namun, Nirwan Bakrie, sebagai Direktur Komite Tim Nasional PSSI dan juga Agum Gumelar, sebagai Ketua Bidang Liga Amatir PSSI, masih memikirkan nasib kedua lembaga ini. Prinsipnya, cita-cita PSSI kedua lembaga ini akan melebur menjadi wadah klub yang benar-benar profesional di kemudian hari.
Kompetisi Liga Indonesia 1994-95, diikuti 34 tim termasuk Persiba Balikpapan dan PS Bengkulu, yang tahun 1993-94 lalu terlempar ke Divisi I. Dua tim ini dinyatakan berhak ikut Divisi Utama, sedangkan Aceh Putra mengundurkan diri. Sistem degradasi juga diberlakukan, yaitu empat tim terbawah, dua dari Barat dan dua dari Timur. Sedangkan promosi akan dinikmati dua tim terbaik dari Barat dan Timur Divisi I, sehingga  pada musim 1995-96), peserta menjadi 32 tim.
===========================================================================================
Sebelum Liga Indonesia, pemain asing dinyatakan haram di liga persepakbolaan Indonesia. Kultur persepakbolaan kita ini fanatisme primordial. Lihat saja, kalau galatama yang main sepinya stadion seperti kuburan. Berbeda dengan kalau liga amatir yang tampil, stadion jadi semarak. Penonton kita memang masih cenderung mengkonsumsi sepak bola sebagai katarsis dari pelbagai tekanan hidup. Belum dikonsumsi sebagai hiburan.
===========================================================================================
Aroma disahkan setiap klub menggunakan pemain asing pun menjadi daya tarik Liga Indonesia. Pelita Jaya yang menjadi klub super kaya di zaman Galatama, tidak tanggung-tanggung mengontrak legendaris Kamerun – Roger Milla. Klub Jakarta ini, juga membeli Dejan Glusevic, mantan pemain nasional Kroasia U-21 yang juara Piala Dunia U-21 tahun 1993. Dari Gelora Dewata, membeli pemain Brasil Vata Matanu Gracia.Saat itu diputuskan partai perdana, adalah pertarungan juara Galatama Pelita Jaya vs juara Perseriktan Persib Bandung, yang berlangsung tanggal 27 November. Try Sutrisno sebagai Wapres membuka partai perdana tersebut di Stadion Utama Senayan. Pertandingan yang disaksikan hamper 60 ribu penonton ini, dimenangkan Pelita Jaya lewat tandukan Dejan Glusevic menit ke-60. Dan itu merupakan gol satu-satunya dalam partai pembuka liga terbesar di dunia ini.Dalam tradisi sepakbola yang masih primitif, masalah tawuran antar suporter atau pun kerusuhan yang kecewa akibat tim yang didukung kalah, masih mewarnai sepakbola nasional. Bahkan kasus suap atau kasus ‘jual beli’ pertandingan masih mewabah.. Walaupun wadahnya sudah dibungkus profesional?.Ini terbukti, ketika Barito Putra, yang menjadi kebanggaan masyarakat Banjarmasin, kecewa dengan keputusan Komdis PSSI, sehingga nyaris mundur saat Liga Indonesia masih bergulir. Ketika Barito dihukum secara tidak adil, saat menjamu PSM Ujngpandang 21 Mei 1995 di Stadion 17 Mei Banjarmasin. Peristiwa yang tidak kita inginkan juga terjadi, dengan tewasnya Suhermansyah (40) suporter Persebaya, saat menyaksikan timnya berlaga melawan PSIM Jogyakarta vs Persebaya Surabaya, 28 Januari 1995. Peristiwa demi peristiwa yang mencoreng sepakbola nasional, ditutup dalam partai final yang berlangsung di Stadion Utama Senayan, antara Persib Bandung vs Petro Kimia Gresik, Minggu 30 Juli 1995. Tim “Maung Bandung’ sepertinya menjadi juara sejati, selain meraih gelar juara Liga Indonesia 1994 – 1996, lewat gol tunggal Sutiono menit 75, juga menjadi klub pertama yang juara tanpa diperkuat pemain asingnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar