Sabtu, 24 November 2012

Mengenang Persib Juara Liga Indonesia I (1994/1995) : Pecahnya Sejarah

Sebelum beranjak ke cerita babak final Ligina 1, ada hal-hal yang mungkin tak diketahui bobotoh namun memiliki pengaruh besar pada penampilan Persib saat menghadapi Petrokimia Putra Gresik. “Kerikil” yang mampu menggelorakan semangat anak asuh Indra Thohir sehingga tak jerih berhadapan dengan pemain-pemain asing semacam Jacksen F. Tiago, Carlos de Mello, dan kiper Darryl Sinerine.


Sebelum babak delapan besar laksanakan, PSSI menggelar acara perkenalan di hadapan wartawan, pengurus PSSI dan pihak sponsor, posisi Persib benar-benar under dog. Tim Pelita datang membawa pemain asingnya, penyerang asal Yugoslavia, Dejan Gluscevic, Maboang Kessack (Kamerun), dan Rojer Milla (Kamerun) yang mendapat upplause dari para tamu undangan. Kondisi yang nyaris sama didapat Petrokimia yang membawa Jacksen dan Darryl.
Giliran Persib diperkenalkan tak ada tepuk tangan yang terdengar, nampaknya seluruh yang hadir lebih terkesima dan terhantam demam pemain asing. Bahkan bisa jadi, di mata mereka Persib hanya penggembira di babak delapan besar. Hati Thohir dan anak asuhnya seperti tersayat, perih, sakit namun kondisi itu ditumpahkan di lapangan sehingga Persib mampu membuka mata mereka yang meremehkan dan membalikkan keadaan.
Partai final 30 Juli 1995. Stadion Utama Senayan  bergemuruh, penuh sesak oleh puluhan ribu bobotoh. Bahkan di luar stadion ribuah bobotoh masih menunggu dengan setia dan berharap bisa masuk. Di jalur Puncak terjadi kemacetan yang membuat bobotoh terperangkap di dalam puluhan bus yang tujuan utamanya ke stadion Utama Senayan, bahkan hingga Persib berlaga mereka hanya bisa mengikuti jalannya pertandingan melalui radio di dalam bus.
Di ruang ganti pelatih Indra Thohir tak lagi membahas strategi karena sudah dibahas dengan apik jam 11 siang, Thohir hanya memberikan motivasi pad anak asuhnya. Namun ada instruksi khusus yang diberikan pada Mulyana. “”Aing teu hayang nyaho, eta Jacksen Tiago tong sampe leupas. Kamana Jacksen lumpat, tuturkeun terus,” perintah Thohir.
Peluit wasit Zulkifli Chaniago berbunyi, laga bersejarah dimulai. Persib dan Petrokimia saling rangsek, dua tim ini tak mau kehilangan kesempatan menjebol gawang lawan. Hingga akhirnya Stadion Utama Senayan sunyi senyap karena Jacksen membobol gawang Persib, namun yrl-yel bobotoh kembali bergema keras setelah wasit menganulir gol itu karena sebelum Jacksen mencetak gol salah seorang pemain Petro dalam posisi offside. Hingga babak pertama usai kedudukkan masih 0-0.
Memasuki babak ke dua tepat menit 76, Yusuf Bachtiar merangsek dari rusuk kanan dengan dan memberikan umpan matang yang dulu diistilahkan dengan “ngabakian” yang disambut Sutiono dengan baik. Bola Suti yang menyusur tanah tak mampu dihadang Darryl.
Gooool, 1-0 untuk Persib dan hingga akhir skor bertahan hingga babak ke dua habis. Peluit panjang tanda pertandingan usai disambut rangsekan bobotoh ke tengah lapang merayakan kemenangan Persib yang memastikan diri menjadi jawara Liga Indonesia 1.
Sujud syukur, hujan pelukan dan air mata terjadi di semua sudut stadion. Akhirnya sebagai kapten tim, Robby Darwis naik ke podium menerima piala presiden dari Wakli Presiden saat itu Try Sutrisno. Robby mengangkat piala presiden yang disambut gemuruh bobotoh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar