Sebelum beranjak ke cerita babak final Ligina 1, ada hal-hal yang
mungkin tak diketahui bobotoh namun memiliki pengaruh besar pada
penampilan Persib saat menghadapi Petrokimia Putra Gresik. “Kerikil”
yang mampu menggelorakan semangat anak asuh Indra Thohir sehingga tak
jerih berhadapan dengan pemain-pemain asing semacam Jacksen F. Tiago,
Carlos de Mello, dan kiper Darryl Sinerine.
Sebelum babak delapan besar laksanakan, PSSI menggelar acara
perkenalan di hadapan wartawan, pengurus PSSI dan pihak sponsor, posisi
Persib benar-benar under dog. Tim Pelita datang membawa pemain asingnya,
penyerang asal Yugoslavia, Dejan Gluscevic, Maboang Kessack
(Kamerun), dan Rojer Milla (Kamerun) yang mendapat upplause dari para
tamu undangan. Kondisi yang nyaris sama didapat Petrokimia yang membawa
Jacksen dan Darryl.
Giliran Persib diperkenalkan tak ada tepuk tangan yang terdengar,
nampaknya seluruh yang hadir lebih terkesima dan terhantam demam pemain
asing. Bahkan bisa jadi, di mata mereka Persib hanya penggembira di
babak delapan besar. Hati Thohir dan anak asuhnya seperti tersayat,
perih, sakit namun kondisi itu ditumpahkan di lapangan sehingga Persib
mampu membuka mata mereka yang meremehkan dan membalikkan keadaan.
Partai final 30 Juli 1995. Stadion Utama Senayan bergemuruh, penuh
sesak oleh puluhan ribu bobotoh. Bahkan di luar stadion ribuah bobotoh
masih menunggu dengan setia dan berharap bisa masuk. Di jalur Puncak
terjadi kemacetan yang membuat bobotoh terperangkap di dalam puluhan bus
yang tujuan utamanya ke stadion Utama Senayan, bahkan hingga Persib
berlaga mereka hanya bisa mengikuti jalannya pertandingan melalui radio
di dalam bus.
Di ruang ganti pelatih Indra Thohir tak lagi membahas strategi karena
sudah dibahas dengan apik jam 11 siang, Thohir hanya memberikan
motivasi pad anak asuhnya. Namun ada instruksi khusus yang diberikan
pada Mulyana. “”Aing teu hayang nyaho, eta Jacksen Tiago tong sampe
leupas. Kamana Jacksen lumpat, tuturkeun terus,” perintah Thohir.
Peluit wasit Zulkifli Chaniago berbunyi, laga bersejarah dimulai.
Persib dan Petrokimia saling rangsek, dua tim ini tak mau kehilangan
kesempatan menjebol gawang lawan. Hingga akhirnya Stadion Utama Senayan
sunyi senyap karena Jacksen membobol gawang Persib, namun yrl-yel
bobotoh kembali bergema keras setelah wasit menganulir gol itu karena
sebelum Jacksen mencetak gol salah seorang pemain Petro dalam posisi
offside. Hingga babak pertama usai kedudukkan masih 0-0.
Memasuki babak ke dua tepat menit 76, Yusuf Bachtiar merangsek dari
rusuk kanan dengan dan memberikan umpan matang yang dulu diistilahkan
dengan “ngabakian” yang disambut Sutiono dengan baik. Bola Suti yang
menyusur tanah tak mampu dihadang Darryl.
Gooool, 1-0 untuk Persib dan hingga akhir skor bertahan hingga babak
ke dua habis. Peluit panjang tanda pertandingan usai disambut rangsekan
bobotoh ke tengah lapang merayakan kemenangan Persib yang memastikan
diri menjadi jawara Liga Indonesia 1.
Sujud syukur, hujan pelukan dan air mata terjadi di semua sudut
stadion. Akhirnya sebagai kapten tim, Robby Darwis naik ke podium
menerima piala presiden dari Wakli Presiden saat itu Try Sutrisno. Robby
mengangkat piala presiden yang disambut gemuruh bobotoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar