Tepat pada 30 Juli 1995, PERSIB mencatat sejarah sebagai juara pembuka
Liga Indonesia, kompetisi peleburan Perserikatan dan Galatama. PERSIB
pantas mencatat sejarah karena saat itu, dengan materi kekuatan lokal,
justru mereka bisa membawa tropi juara ke Bandung setelah mengalahkan
Petrokimia Putra 1-0 melalui gol semata wayang Sutiono Lamso. PERSIB
menjadi juara sejati karena “Maung Bandung” sebelumnya telah membawa
Piala Presiden ke Bandung sebagai penutup Kompetisi Perserikatan
1993-1994.
16 tahun lalu itu adalah masa penuh kenangan dan
kegembiraan bagi masyarakat Jawa Barat karena tim kebanggan mereka
membuat kejutan tampil sebagai kampiun. Suasana saat itu, sampai
sekarang ini belum pernah terulang kembali. Malahan, pada rentan waktu
16 tahun ini, perjalanan PERSIB ternyata penuh liku. Bukan prestasi yang
didapat, tetapi nyaris masuk degradasi andai saja semua pihak tidak
bahu membahu menyelamatkan PERSIB agar bisa tetap di level kompetisi
Divisi Utama.
16 tahun bukan waktu yang sempit. Namun, selama itu pula impian untuk
mencapai seperti yang terjadi pada 30 Juli 1995 sangat sulit. Beban
target selalu terus didegungkan secara nyaring ketika kompetisi akan
bergulir, tetapi kenyataan semua meleset dari target prestasi. Yang
jelas ada sikap frustasi dari pengurus yang menjabat dalam rentan waktu
tersebut. Dengan cara apapun, terkesan sangat sulit mengembalikan
kejayaan PERSIB. Akhirnya, cara instan dilakukan dengan gonta-ganti
pelatih dan pemain, karena tidak memiliki agenda pembinaan pemain muda
secara jelas. Jangan heran, setiap musim kompetisi, selalu muncul
wajah-wajah baru di tim “Pangeran Biru” ini sehingga untuk menyatukan
satu hati pemain dalam setahun terasa sangat sulit.
Kini, harapan
masyarakat (bobotoh) akan gelar juara bukan sebuah tuntutan yang
memberatkan. PERSIB sudah pantas untuk kembali memperlihatkan prestasi
meraih gelar juara. Pola pikir pembinaan harus sudah mulai bergeser.
Tidak lagi mengkultuskan pemain bintang hadir dalam sebuah tim, bisa
secara otomatis membawa juara. Namun, PERSIB juga perlu mempersiapkan
pemain binaan sendiri secara matang. Semoga pada musim 2011-2012,
masyarakat bisa kembali merasak euforia 16 tahun lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar