Jumat, 30 November 2012

Panglima Viking Persib: Jangan Takut Sanksi PSSI!

Panglima Viking Persib Club Ayi Beutik merasa gerah melihat tim kesayangan bobotoh Persib Bandung tidak kunjung beruji tanding dengan klub yang memiliki kualitas sama dan meminta manajemen untuk mengirimkan klub mengikuti atau menggelar turnamen.

Ungkapan ini dikeluarkan Beutik terkait kerinduan bobotoh menyaksikan skuad Maung beraksi di tengah lapangan yang diperparah oleh ketidakpastian kompetisi, padahal Persib sudah berbenah dan mengeluarkan dana besar-besaran untuk mendatangkan pemain papan atas sepakbola nasional.


"Persib harus bertanding, masyarakat (bobotoh) sudah rindu melihat tim kesayangan beraksi," buka Beutik.

"Ikut turnamen sah-sah saja, jangan takut kena sanksi. Turnamen Inter Island Cup bisa diikuti bila perlu gelar di Bandung sekalian. Mengikuti turnamen yang diikuti lawan selevel akan membawa dampak positif bagi tim," katanya lagi.

Ucapan Beutik diamini dirigen Viking Persib, Yana Umar. Pria yang juga menjadi salah satu penyiar stasiun radio khusus bobotoh itu ikut menyuarakan dukungan soal kemungkinan Persib menjadi tuan rumah Inter Island Cup.

"Bobotoh sudah tidak sabar melihat Persib beraksi, lagi pula buat apa pemain terus-terusan berlatih tanpa bertarung? Menjadi tuan rumah sebuah turnamen bukan ide yang buruk. Jangan wacara melulu," kata Yana.

Pekan lalu, pelatih Persib Drago Mamic semapt mengungkapkan pihaknya enggan berpartisipasi mengikuti sebuah turnamen atau kejuaraan di luar aturan main yang sudah digariskan PSSI.



Sementara itu manajer Maung Bandung H Umuh Muchtar menjelaskan klub terpaksa menolak turnamen di Solo karena enggan menurunkan skuad yang tidak lengkap. Bos Persib yang dikenal hobi mengenakan setelan ala koboi itu juga pernah mengungkap kemungkinan Persib menggelar turnamen di Bandung

Tiba di Rumah Duka, Panglima Viking Menangis

Ratusan anggota Viking Persib Club tiba di rumah duka, Jalan RE Edang Suanda (Pasirleutik), RT 05/04, Kampung Pasirleutik, Desa Padasuka, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Selasa (29/5/2012).

Ketua Viking Heru Joko bersama, Panglima Viking Ayi Beutik diikuti ratusan anggotanya langsung mendatangi rumah duka sekitar pukul 13.30 WIB. Ayi nampak menangis, tak kuasa menahan kesedihan saat bertemu dengan ayah tiri Rangga Cipta Nugraha (22), Teguh Rianto (55). Begitupun ketika datang ke rumah duka.

Terlihat keluarga almarhum Rangga sudah menanti jenazah yang masih dalam perjalanan dari Jakarta menuju Bandung.

Rangga meninggal saat menyaksikan laga Persija Jakarta menjamu Persib Bandung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu (27/5/2012).[ang]

Wow Viking Bersama Bonek Dukung Timnas di Malaysia

Suporter yang datang dengan atribut kebesaran Timnas Garuda yaitu kaos berwarna merah ini terus meneriakkan yel-yel dukungan kepada Bambang Pamungkas dan kawan-kawan.

Selain meneriakkan yel-yel dukungan, suporter yang datang dari beberapa wilayah di Malaysia ini juga membawa poster dengan ukuran besar yang bertuliskan dukungan pada Timnas Garuda.

Poster dari Bonek bertuliskan "Untukmu Indonesia" sedangkan poster Viking bertuliskan "Untukmu Indonesiaku, Jiwa Raga Kami". Kedua poster ini dipasang di seputaran Stadion Bukit Jalil.

"Ini adalah bentuk dukungan kami bagi bangsa dan negara. Makanya kami bersama yang lain datang ke sini," kata perwakilan Bonek di Malaysia Aditia Gilang Rhamadani di sekitar Stadion Bukit Jalil.

Pria asli Surabaya ini tidak datang sendiri ke stadion terbesar di Malaysia itu. Sedikitnya ada 300 anggota Bonek lainnya yang datang dari penjuru Malaysia.

Berdamai, Viking-The Jak Nonton Bareng Final Euro

Dua organisasi suporter klub yang selama ini bertikai, Viking Persib Club dan The Jak Mania, segera berdamai. Kedua kelompok dijadwalkan meneken nota perdamaian saat acara nonton bareng laga final Euro 2012 di kawasan Kemayoran, Jakarta, Senin dinihari, 2 Juli 2012.

"Kami tentu siap hadir nanti nonton bareng final Euro dan meneken MoU perdamaian dengan The Jak di Jakarta," ujar Ketua Umum Viking, Heru Joko, usai rapat membahas rencana perdamaian tersebut di kantor Wali Kota Bandung, Rabu 27 Juni 2012.

"Tak penting siapa yang pertama menggagas perdamaian ini. Yang penting niat sudah bagus. Saya juga bersyukur keinginan kami untuk berdamai sudah ditanggapi," ujar Heru.

Heru mengakui, meski kelak perjanjian sudah diteken, menghentikan perseteruan dan memelihara perdamaian bukan perkara mudah. Penyebabnya, kata dia, belum tentu semua anggota dan simpatisan kedua kubu setuju berdamai. Heru pun meminta segenap masyarakat dan aparat mendukung dan menjaga perdamaian Viking dan The Jak yang bakal segera diresmikan.

"Viking siap damai. Saya yakin 90 persen anggota Viking ingin berdamai, saya siap pertanggungjawabkan itu. Sedangkan 10 persen anggota mungkin belum setuju damai. Yang 10 persen ini kami serahkan juga ke polisi dan pemerintah," katanya saat bicara di forum rapat bersama Wali Kota Bandung Dada Rosada.

Optimisme serupa disuarakan Dada Rosada. Perdamaian, kata dia, sejatinya keinginan setiap orang, termasuk anak-anak Viking dan The Jak Mania. Pertemuan dan penandatanganan perjanjian damai 2 Juli nanti, kata dia, adalah langkah konkret untuk menyetop permusuhan kedua kubu. "Nantinya perdamaian itu bukan cuma dilakukan oleh Viking dan The Jak Mania. Tapi harus dilakukan oleh kita semua," katanya usai rapat.

Dada mengatakan undangan nonton bareng final Euro 2012 bersama Viking dan The Jak di Jakarta itu semula disampaikan eks Gubernur DKI Jakarta dan sesepuh The Jak Mania, Sutiyoso. Ajakan tersebut lantas ia teruskan kepada pimpinan Viking dan disambut hangat.

"Pertemuannya dilakukan di mana pun nggak masalah. Yang penting tujuannya, supaya tak ada lagi permusuhan, nanti bisa tercapai," kata Dada yang juga bakal menghadiri pertemuan Viking-The Jak di Jakarta Senin dinihari nanti.

Sementara itu penasihat Pengurus Cabang PSSI Kota Bandung, Dudi Sutendi, mengingatkan agar perdamaian Viking - The Jak direncanakan dan dilaksanakan secara serius. Perseteruan antara suporter Persib dan Persija, kata dia, sejatinya sudah berlangsung sejak era kompetisi Perserikatan puluhan tahun lalu. Perseteruan itu juga sejatinya memanas di massa arus bawah dan bukannya di tingkat elite suporter.

Polisi harap Viking dan The Jak benar-benar damai


Siang ini, rencananya pendukung Persib Bandung (Viking) dan pendukung Persija Jakarta (The Jak Mania) akan duduk satu meja membahas jalan perdamaian. Jalan ini diinisiasi oleh Walikota Bandung. Polda Jabar pun mengapresiasi langkah tersebut.

"Jelas kami apresiasi langkah pemerintah kota yang menginisiasi jalan perdamaian Viking dan The Jack," kata Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Martinus Sitompul, dalam Hari Bhayangkara ke-66, di Jalan Cicendo Bandung, Rabu (27/6).

Menurutnya mediasi adalah langkah tepat. Karena perselisihan kedua kubu yang berimbas kepada masalah lain harus segera berakhir. Dia pun berharap kedua kubu bisa berkomitmen atas langkah upaya damai yang dilakukan.

"Nantinya jangan ada lagi pemikiran Viking tidak mau ketemu The Jak, atau sebaliknya. Jadi langkah damai harus diambil," tegasnya.

Dia pun berjanji akan membantu upaya lain untuk terus menindaklanjuti langkah damai antara Viking dan The Jak Mania. "Kita coba, tapi kita apresiasi dulu langkah ini," tandasnya.

Sebelumnya tiga orang penonton tewas dikeroyok suporter Persija di Gelora Bung Karno bulan lalu.

Heru Joko: 90 Persen Bobotoh Setuju Perdamaian


Ketua Viking Persib Heru Joko menyatakan bahwa suporter Persib Bandung siap berdamai dengan Persija Jakarta. Hal itu diyakini menjadi keyakinan sebagian besar pendukung.
"Saya pastikan, 90 persen Bobotoh siap berdamai. Sisanya sebanyak 10 persen mungkin memang harus ditangani sendiri," kata Heru, Rabu (27/6/2012) di Bandung, Jawa Barat.
Heru mengatakan hal itu di tengah rapat yang membahas perdamaian antara Viking-Jakmania di Balai Kota Bandung. Rapat itu diikuti oleh Wali Kota Bandung Dada Rosada, pengurus Viking, dan mantan manajer, seperti Jaja Sutarja maupun Yossi Irianto.
Pada 2 Juli, Dada diundang ke Jakarta untuk menonton pertandingan final Piala Eropa bersama Jakmania. Salah satu acara adalah penandatanganan nota kesepahaman antar Jakmania dengan Viking.
Lontaran Heru langsung ditanggapi Jaja. Dia mengatakan bahwa Viking yang ada di luar Bandung yang harus mendapatkan sosialisasi agar bisa berdamai dengan Jakmania.

Ketua Viking: Kami Siap Damai!



Ketua Viking Persib Fans Club Heru Joko menyuarakan isi hatinya mewakili anggota Viking terkait rencana perdamaian dengan The Jak Mania (suporter Persija). Pria berkacamata ini berbicara singkat di hadapan Walikota Bandung Dada Rosada.

"Siap damai. Saya percaya diri, semua ini bisa damai," tegas Heru saat diminta Dada menanggapi soal upaya damai Viking dan The Jak Mania di ruang tengah Balaikota Bandung, Rabu (27/6/2012).

Menurut Heru upaya perdamaian yang dinisiasi Dada dan Bang Yos (Sutiyoso, eks Gubernur DKI Jakarta) harus disambut postif. Berkumpulnya pejabat pemerintah, serta perwakilan masyarakat membahas serius langkah perdamaian, ucap Heru, merupakan momen ditunggu-tunggu.

"Ini bersejarah. Kami berkomitmen damai," ungkapnya.

Dalam kesempatan itu Heru sempat melontarkan ucapan kalau prosentase damai 90 persen. Sisanya, Heru meminta kerjasama dari pihak kepolisian dan Pemkot Bandung bersama-sama memantau sepak terjang anggota Viking terutama grassroot di hari mendatang.

Sontak saja, Wakapolrestabes Bandung AKBP Dadang Hartanto mempertanyakan ungkapan Heru tersebut. Dadang pun meminta Viking yakin sepenuhnya guna mengakhiri pertikaian dengan The Jak Mania.

"Ini momen sejarah soal hubungan soporter sepak bola. Ke depannya harus lebih baik," terang Dadang.

Walikota Bandung Dada Rosada pun memberikan motivasi dan keyakinan soal pernyataan Heru itu. "Harus 100 persen," ucap Dada.

Mantan Manajer Persib Jaja Sutarja turut berkomentar. "Maka itu perlu sosialisasi dan dibina anggota-anggota Viking lainnya setelah nanti perdamaian terlaksana," terang Jaja.

Mendengar masukan itu. Heru memberi isyarat dengan menganggukan kepala.

Warisan Permusuhan Suporter

Refleksi tragedy korban tawuran suporter
“dibiarkan”, “dipelihara”, dan “dikelola”

Sepak bola negeri ini lagi-lagi memperpanjang catatan buruk tentang jumlah korban akibat kebrutalan para suporter karena ribut yang berdasar pada rivalitas negatif. Bukan saja suporternya, juga pemainnya, bahkan pengelola sepak bolanya, semuanya “doyan” RIBUT. Sepak bola di negeri ini semakin modern tetapi perilaku suporter semakin primitif. Perilaku pengelolanya misorientasi.
Kilas Balik Sejarah.
1930-1940
Sepak (raga) bola negeri ini dibangun atas kepentingan MEMPERSATUKAN bangsa untuk berjuang melawan penjajahan
1940-1950
Sepak bola negeri ini dilakukan untuk memperkuat persatuan antar daerah dalam proses konsolidasi kemerdekaan
1950-1960
Sepak bola negeri ini dimasyarakatkan untuk mempertahankan kemerdekaan
1960-1970
Sepak bola neger ini dikembangkan untuk mewujudkan eksistensi kebangsaan
1970-1990 (2 dekade)
Sepak bola negeri ini dikelola untuk mewujudkan prestasi individu, kelompok dan bangsa
1980-1990
Sepak bola negeri ini berhasil menduduki level papan atas di asia.
1990-sekarang
Sepak bola negeri dikelola sebagai KOMODITI POLITIK

Sekarang,…makna sepak bola negeri ini mulai bergeser. Nuansa kompetisi di semua sektor semakin tidak sehat.
FENOMENA:
Di lapangan hijau pemain baku hantam, wasit dikeroyok oleh pemain, official ikut2an, botol minuman beterbangan, suporter turun ke lapangan tawuran, merembet ke luar stadion, keamanan lumpuh, jumlahnya tidak seimbang bahkan jadi penonton. Korban berjatuhan, dasar Sepak bola bar-bar.

Di luar lapangan hijau, para pengurus dari tingkat pengcab hingga induk sibuk berebut kekuasaan. Sepak bola dibuat bahan pencitraan kepentingan menuju tahta kerajaan2 kecil. Di dalam keorganisasian induk terutama KOMDIS juga lebay, heheh sektor yang satu ini yang paling semprul, tidak tegas, ngeper seflesible “KONDOM”. Kasus bisa ditawar2.
Para cukong yang “claim” sudah berjasa dan paling peduli, sibuk memelihara suporter sebagai ‘modal’ politik. Sesungguhnya mereka tidak paham siapa dan apa isi kepala SOERATIN SOSROSOEGONDO. Atau jangan-jangan memang diabaikan karena tidak lagi populer di jaman sepak bola yang katanya sudah masuk zona industri ini.
Pertanyaan yang paling tepat adalah APA SAJA YANG SALAH? bukan pertanyaan SIAPA YANG SALAH?.
HIPOTESA:
Sepak boal bar-bar terjadi akibat akumulasi dari sejumlah persoalan kebobrokan pengelolaan sepak bola negeri ini ditambah lagi soal PR Republik ini yang belum tuntas yaitu soal EKONOMI. Jangan lupa juga bahwa sudah tidak ada lagi sosok yang disegani di negeri ini. Dan karena kepentingan kelompok tertentu, akhirnya KERIBUTAN itu “DIBIARKAN”, “DIPELIHARA” dan “DIKELOLA”.

DIBIARKAN
Keributan ini sengaja dibiarkan, tidak akan pernah ada langkah penyelesaian secara komprehensif oleh seluruh pihak yang terkait secara bersama-sama. Karena mafia berperan. Tekanan dari berbagai arah datang mengancam.

DIPELIHARA
Keributan atau reivalitas negatif ini dipelihara atau “diwariskan” sehingga bersifat regeneratif. Hal ini untuk dijadikan “modal” membentuk opini-opini

DIKELOLA
Keributan dan dampaknya dikelola untuk mempertajam opini-opini atas kepentingan para cukong yang juga berival di tingkat elite. Media diintervensi oleh ‘bandarnya’ untuk mengelola ‘issue’.

Dalam teory sosial, kalau perut sudah kenyang, mata mengantuk…tidak ada lagi orang yang mau disulut apalagi diajak ribut.
KESIMPULAN :
EKONOMI adalah esensi mendasar dari persoalan buruknya perilaku insan sepak bola negeri ini. Karena ekonomi belum ‘aman’, urusan dapur belum tuntas, perut keroncongan.Ya urusan perut memang sarat ribut. Ini realistis dan natural. Dan karena ekonomi pula lah urusan KETEGASAN menjadi kendur alias lemah SYAHWAT.

SOLUSI :
Filosofi, lebih baik mencegah daripada hanya terus2an mengobati. Sebab keributan antar suporter adalah penyakit masyarakat yang turun temurun. Sifat yang regeneratif ini mesti diputuskan silsilahnya. Tidak ada kata pesimis dengan alasan apapun semua bisa diatasi. Lagi2 jangan kita hanya menuntut kesadaran, karena kesadaran itu tidak berlaku di negeri yang masih “bodoh” dan sedang kelaparan serta krisis patron apalagi krisis kepercayaan terhadap penguasa. ATURAN MAIN menjadi pedoman yang paling KUAT. Semua cara harus dilakukan untuk menyelesaikan persoalan ini dengan ATURAN MAIN yang ciamik dan kesepakatan bersama. Berikut beberapa langkah sebagai solusi yang harus dilakukan secara bersama-sama.

1.Langkah Rekonsiliasi antar kelompok suporter tetap menjadi satu bagian dari solusi di tingkat akar rumput. Lagu, yel-yel, jargon rasisme harus dihentikan. Bukan semata-mata langkah perdamaian saja. Tetapi termasuk langkah2 pendewasaan suporter karena suporter banyak yang masih ababil perlu dirubah pemahaman FANATISMEnya. Juga pemberdayaan suporter kreatif karena susungguhnya SUPORTER lah yang menjadi nilai velue bagi KLUB itu sendiri, selain menjadi pendukung fanatis. Sadar gak sih? kalau sesungguhnya yang manjadi korban akhir dari pertikaian ini adalah SUPORTER? Mati sia2! Bodoh gak sih?
2.KLUB bersama2 suporter bisa membangun VALUE dengan industri kreatif yang sesungguhnya berlaku dalam industri sepak bola, agar taraf suporter naik derajat dan merasa MEMILIKI terhadap KLUB atau sence of bilonging. Hingga hubungan antara MANAGEMENT KLUB dan suporter menjadi sangat SIMBIOSIS.
3.KOMDIS harus TEGAS, TEGAS dan TEGAS. Orang2 yang duduk di KOMDIS tidak boleh yang masih ‘lapar’. Harus mapan secara ekonomi (dapurnya aman) agar tidak tergoda ‘naik banding’ dan kuat mental menghadapi mafia. Dan pasal2 harus direvisi. Bayangkan saja jika seorang pemain dihukum tidak boleh main 1 musim dan denda 100 juta jika memukul wasit. SPORTIFITAS bukan lahir dari kesadaran tapi terbentuk karena ada PERATURAN yang TEGAS.
4.APARATUR KEAMANAN harus menindak tegas setiap tindakan anarkisme yang dilakukan oleh siapapun (suporter, pemain, apalagi pengurus). Seret saja ke ranah hukum yang berlaku.
5.Ini juga menjadi solusi kunci, sebagai teguran tegas kepada para ELITE; Kepada STAKE HOLDER sepak bola negeri ini. Tolong, hentikan apapun bentuknya pertikaian kalian. Karena kalian sudah semakin tidak polpuler, kalian semakin tidak berwibawa. Lakukanlah pembenahan sepak bola ini dengan visi atas nama bangsa. Jangan lagi2 kami SUPORTER menjadi korban lagi.
6.KEPADA MEDIA TV, RADIO, KORAN, ONLINE, dll. Hentikan pemberitaan-pemberitaan menyesatkan apalagi untuk kepentingan BOS kalian. Jadilah media yang mencerahkan, bukan yang menyulut emosi dan membakar amarah.
MARI SEMUA PIHAK UNTUK BERBENAH.
SALAM SUPORTER DAMAI

Sabtu, 24 November 2012

Surat Ariel Untuk Bobotoh


Skuad saat Persib Juara

Skuad PERSIB di LI I Drs. H. Matin Burhan (Manager) Indra M Thohir (Pelatih) Djadjang Nurjaman, Emen Suwarman (Asisten Pelatih) Aris Rinaldi, Anwar Sanusi, Samai Setiadi, Yohannes Gatot Prasetyo (Kiper) Nandang Kurnaedi, Dede Iskandar, Robby Darwis,  Roy Darwis, Mulyana, Yadi Mulyadi, Nunung Mulyadi, Dudi Subandi, Hendra Komara, Nana Supriatna, Dadang Hidayat, Asep Sumantri, Yudi Guntara, Yusuf Bachtiar, Yaya Sunarya, Asep Kustiana, Sutiono Lamso, Asep Dayat, Asep Poni, Kekey Zakaria, Tatang Suryana, Dadang Kurnia.

Kostum Saat Juara Ligina Pertama


Persib Juara Ligina Pertama


Yang saat itu masih menjadi pertanyaan, adalah status semua tim yang berlaga di Liga Indonesia 1994 – 1994. Jika Galatama masih berstatus non-amatur, sedangkan Perserikatan masih full amatir. Namun, Nirwan Bakrie, sebagai Direktur Komite Tim Nasional PSSI dan juga Agum Gumelar, sebagai Ketua Bidang Liga Amatir PSSI, masih memikirkan nasib kedua lembaga ini. Prinsipnya, cita-cita PSSI kedua lembaga ini akan melebur menjadi wadah klub yang benar-benar profesional di kemudian hari.
Kompetisi Liga Indonesia 1994-95, diikuti 34 tim termasuk Persiba Balikpapan dan PS Bengkulu, yang tahun 1993-94 lalu terlempar ke Divisi I. Dua tim ini dinyatakan berhak ikut Divisi Utama, sedangkan Aceh Putra mengundurkan diri. Sistem degradasi juga diberlakukan, yaitu empat tim terbawah, dua dari Barat dan dua dari Timur. Sedangkan promosi akan dinikmati dua tim terbaik dari Barat dan Timur Divisi I, sehingga  pada musim 1995-96), peserta menjadi 32 tim.
===========================================================================================
Sebelum Liga Indonesia, pemain asing dinyatakan haram di liga persepakbolaan Indonesia. Kultur persepakbolaan kita ini fanatisme primordial. Lihat saja, kalau galatama yang main sepinya stadion seperti kuburan. Berbeda dengan kalau liga amatir yang tampil, stadion jadi semarak. Penonton kita memang masih cenderung mengkonsumsi sepak bola sebagai katarsis dari pelbagai tekanan hidup. Belum dikonsumsi sebagai hiburan.
===========================================================================================
Aroma disahkan setiap klub menggunakan pemain asing pun menjadi daya tarik Liga Indonesia. Pelita Jaya yang menjadi klub super kaya di zaman Galatama, tidak tanggung-tanggung mengontrak legendaris Kamerun – Roger Milla. Klub Jakarta ini, juga membeli Dejan Glusevic, mantan pemain nasional Kroasia U-21 yang juara Piala Dunia U-21 tahun 1993. Dari Gelora Dewata, membeli pemain Brasil Vata Matanu Gracia.Saat itu diputuskan partai perdana, adalah pertarungan juara Galatama Pelita Jaya vs juara Perseriktan Persib Bandung, yang berlangsung tanggal 27 November. Try Sutrisno sebagai Wapres membuka partai perdana tersebut di Stadion Utama Senayan. Pertandingan yang disaksikan hamper 60 ribu penonton ini, dimenangkan Pelita Jaya lewat tandukan Dejan Glusevic menit ke-60. Dan itu merupakan gol satu-satunya dalam partai pembuka liga terbesar di dunia ini.Dalam tradisi sepakbola yang masih primitif, masalah tawuran antar suporter atau pun kerusuhan yang kecewa akibat tim yang didukung kalah, masih mewarnai sepakbola nasional. Bahkan kasus suap atau kasus ‘jual beli’ pertandingan masih mewabah.. Walaupun wadahnya sudah dibungkus profesional?.Ini terbukti, ketika Barito Putra, yang menjadi kebanggaan masyarakat Banjarmasin, kecewa dengan keputusan Komdis PSSI, sehingga nyaris mundur saat Liga Indonesia masih bergulir. Ketika Barito dihukum secara tidak adil, saat menjamu PSM Ujngpandang 21 Mei 1995 di Stadion 17 Mei Banjarmasin. Peristiwa yang tidak kita inginkan juga terjadi, dengan tewasnya Suhermansyah (40) suporter Persebaya, saat menyaksikan timnya berlaga melawan PSIM Jogyakarta vs Persebaya Surabaya, 28 Januari 1995. Peristiwa demi peristiwa yang mencoreng sepakbola nasional, ditutup dalam partai final yang berlangsung di Stadion Utama Senayan, antara Persib Bandung vs Petro Kimia Gresik, Minggu 30 Juli 1995. Tim “Maung Bandung’ sepertinya menjadi juara sejati, selain meraih gelar juara Liga Indonesia 1994 – 1996, lewat gol tunggal Sutiono menit 75, juga menjadi klub pertama yang juara tanpa diperkuat pemain asingnya.


Mengenang Persib Juara Liga Indonesia I (1994/1995) : Pecahnya Sejarah

Sebelum beranjak ke cerita babak final Ligina 1, ada hal-hal yang mungkin tak diketahui bobotoh namun memiliki pengaruh besar pada penampilan Persib saat menghadapi Petrokimia Putra Gresik. “Kerikil” yang mampu menggelorakan semangat anak asuh Indra Thohir sehingga tak jerih berhadapan dengan pemain-pemain asing semacam Jacksen F. Tiago, Carlos de Mello, dan kiper Darryl Sinerine.


Sebelum babak delapan besar laksanakan, PSSI menggelar acara perkenalan di hadapan wartawan, pengurus PSSI dan pihak sponsor, posisi Persib benar-benar under dog. Tim Pelita datang membawa pemain asingnya, penyerang asal Yugoslavia, Dejan Gluscevic, Maboang Kessack (Kamerun), dan Rojer Milla (Kamerun) yang mendapat upplause dari para tamu undangan. Kondisi yang nyaris sama didapat Petrokimia yang membawa Jacksen dan Darryl.
Giliran Persib diperkenalkan tak ada tepuk tangan yang terdengar, nampaknya seluruh yang hadir lebih terkesima dan terhantam demam pemain asing. Bahkan bisa jadi, di mata mereka Persib hanya penggembira di babak delapan besar. Hati Thohir dan anak asuhnya seperti tersayat, perih, sakit namun kondisi itu ditumpahkan di lapangan sehingga Persib mampu membuka mata mereka yang meremehkan dan membalikkan keadaan.
Partai final 30 Juli 1995. Stadion Utama Senayan  bergemuruh, penuh sesak oleh puluhan ribu bobotoh. Bahkan di luar stadion ribuah bobotoh masih menunggu dengan setia dan berharap bisa masuk. Di jalur Puncak terjadi kemacetan yang membuat bobotoh terperangkap di dalam puluhan bus yang tujuan utamanya ke stadion Utama Senayan, bahkan hingga Persib berlaga mereka hanya bisa mengikuti jalannya pertandingan melalui radio di dalam bus.
Di ruang ganti pelatih Indra Thohir tak lagi membahas strategi karena sudah dibahas dengan apik jam 11 siang, Thohir hanya memberikan motivasi pad anak asuhnya. Namun ada instruksi khusus yang diberikan pada Mulyana. “”Aing teu hayang nyaho, eta Jacksen Tiago tong sampe leupas. Kamana Jacksen lumpat, tuturkeun terus,” perintah Thohir.
Peluit wasit Zulkifli Chaniago berbunyi, laga bersejarah dimulai. Persib dan Petrokimia saling rangsek, dua tim ini tak mau kehilangan kesempatan menjebol gawang lawan. Hingga akhirnya Stadion Utama Senayan sunyi senyap karena Jacksen membobol gawang Persib, namun yrl-yel bobotoh kembali bergema keras setelah wasit menganulir gol itu karena sebelum Jacksen mencetak gol salah seorang pemain Petro dalam posisi offside. Hingga babak pertama usai kedudukkan masih 0-0.
Memasuki babak ke dua tepat menit 76, Yusuf Bachtiar merangsek dari rusuk kanan dengan dan memberikan umpan matang yang dulu diistilahkan dengan “ngabakian” yang disambut Sutiono dengan baik. Bola Suti yang menyusur tanah tak mampu dihadang Darryl.
Gooool, 1-0 untuk Persib dan hingga akhir skor bertahan hingga babak ke dua habis. Peluit panjang tanda pertandingan usai disambut rangsekan bobotoh ke tengah lapang merayakan kemenangan Persib yang memastikan diri menjadi jawara Liga Indonesia 1.
Sujud syukur, hujan pelukan dan air mata terjadi di semua sudut stadion. Akhirnya sebagai kapten tim, Robby Darwis naik ke podium menerima piala presiden dari Wakli Presiden saat itu Try Sutrisno. Robby mengangkat piala presiden yang disambut gemuruh bobotoh.

16 Tahun Lalu PERSIB Mencatat Sejarah

Tepat pada 30 Juli 1995, PERSIB mencatat sejarah sebagai juara pembuka Liga Indonesia, kompetisi peleburan Perserikatan dan Galatama. PERSIB pantas mencatat sejarah karena saat itu, dengan materi kekuatan lokal, justru mereka bisa membawa tropi juara ke Bandung setelah mengalahkan Petrokimia Putra 1-0 melalui gol semata wayang Sutiono Lamso. PERSIB menjadi juara sejati karena “Maung Bandung” sebelumnya telah membawa Piala Presiden ke Bandung sebagai penutup Kompetisi Perserikatan 1993-1994.

16 tahun lalu itu adalah masa penuh kenangan dan kegembiraan bagi masyarakat Jawa Barat karena tim kebanggan mereka membuat kejutan tampil sebagai kampiun. Suasana saat itu, sampai sekarang ini belum pernah terulang kembali. Malahan, pada rentan waktu 16 tahun ini, perjalanan PERSIB ternyata penuh liku. Bukan prestasi yang didapat, tetapi nyaris masuk degradasi andai saja semua pihak tidak bahu membahu menyelamatkan PERSIB agar bisa tetap di level kompetisi Divisi Utama.


 16 tahun bukan waktu yang sempit. Namun, selama itu pula impian untuk mencapai seperti yang terjadi pada 30 Juli 1995 sangat sulit. Beban target selalu terus didegungkan secara nyaring ketika kompetisi akan bergulir, tetapi kenyataan semua meleset dari target prestasi. Yang jelas ada sikap frustasi dari pengurus yang menjabat dalam rentan waktu tersebut. Dengan cara apapun, terkesan sangat sulit mengembalikan kejayaan PERSIB. Akhirnya, cara instan dilakukan dengan gonta-ganti pelatih dan pemain, karena tidak memiliki agenda pembinaan pemain muda secara jelas. Jangan heran, setiap musim kompetisi, selalu muncul wajah-wajah baru di tim “Pangeran Biru” ini sehingga untuk menyatukan satu hati pemain dalam setahun terasa sangat sulit.

Kini, harapan masyarakat (bobotoh) akan gelar juara bukan sebuah tuntutan yang memberatkan. PERSIB sudah pantas untuk kembali memperlihatkan prestasi meraih gelar juara. Pola pikir pembinaan harus sudah mulai bergeser. Tidak lagi mengkultuskan pemain bintang hadir dalam sebuah tim, bisa secara otomatis membawa juara.  Namun, PERSIB juga perlu mempersiapkan pemain binaan sendiri secara matang. Semoga pada musim 2011-2012, masyarakat bisa kembali merasak euforia 16 tahun lalu.

Momen Termanis Persib vs Persija 3-0


Profil Persib Bandung

Berdiri: 1933
Alamat: Jl. Sulanjana No. 17 Lantai 3 Indonesia
Telepon: +62 (0) 22 422 1933
Faksimile: +62 (0) 22 733 3872
Surat Elektronik: http://persib.co.id/main/in/kontak
Laman Resmi: http://www.persib.co.id
Ketua: Glenn T. Sugita (Direktur Utama)
Direktur: Glenn T. Sugita (Direktur Utama)
Stadion: Siliwangi
Sejarah Singkat
Ketika pertama kali didirikan sekitar tahun 1923, Persib dikenal dengan nama Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond [BIVB] yang merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega di depan tribun pacuan kuda. Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan di luar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara Jakarta.

Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB [Persebaya], MIVB [sekarang PPSM Magelang], MVB [PSM Madiun], VVB [Persis Solo], PSM [PSIM Yogyakarta] turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta.

BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia, yakni Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung [PSIB] dan National Voetball Bond [NVB]. Pada tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan yang bernama Persib.

Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepakbola yang dimotori orang-orang Belanda, yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken [VBBO]. Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib, dan dianggap perkumpulan kelas dua. Persib memenangkan perang dingin dan menjadi perkumpulan sepakbola satu-satunya di Bandung dan sekitarnya.

Klub-klub yang tadinya bernaung dibawah VBBO seperti UNI dan Sidolig pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding, yakni Lapangan UNI dan Sidolig [kini Stadion Persib], dan Lapangan Sparta [kini Stadion Siliwangi].

Sebagai tim yang dikenal tangguh, Persib juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik junior maupun senior.

Di kompetisi musim 2011/12, Persib mengambil keputusan untuk memilih bergabung di Indonesia Super League (ISL) di bawah pengelolaan PT. Liga Indonesia, ketimbang Indonesia Premier League (IPL) di bawah Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS).

Dukungan Dari Bobotoh Untuk Ariel


Ariel Ingin Persib Seperti Manchester United

 
"Saya harap Persib bisa seperti MU. Mereka mempunyai pusat pelatihan pemain yang baik," ujarnya
Ariel pun mencontohkan kejayaan MU saat meraih treble winners 1999, yakni juara Liga Champions, Liga Inggris dan Piala FA.

"Saat itu, MU diisi para pemain satu angkatan yang berasal dari akademinya, seperti (Paul) Scholes, (Ryan) Giggs dan David Beckham," paparnya.
Menurutnya, Persib pun bisa melakukan hal yang sama jika memiliki pusat pelatihan pemain. "Jika pemain yang dipakai berasal dari pusat pelatihan dan satu angkatan, maka pemain akan lebih mudah kompak, dari pada pemain dari luar," bebernya.

Sementara itu, saat disingguh terkait pemilihan pelatih baru Persib, Ariel berharap Persib memiliki pelatih yang berkualitas. "Siapapun pelatihnya, mau asing ataupun lokal yang terpenting pemain harus main sesuai skema, berkualitas dan harus kompak," pungkasnya.


Slogan Viking Seluruh Indonesia

1.Viking Pusat : Janji untuk sebuah kehormatan.
2.Viking Garut : Ulah ringrang,entong hariwang urang dukung PERSIB anu aing.
3.Viking Bekasi : Membiru di batas provinsi matipun kami PERSIB.
4.Viking Jakarta : Kami memang ada.
5.Viking Yogyakarta : Jauh tak berarti PERSIB selalu di hati.
6.Viking Cipeundeuy : Sahate, sajiwa, sadudulur ngadukung PERSIB.
7.Viking Alengka : Totalitas yang tak pernah padam.
8.Viking UNPAS : Struggle together stand as brother.
9.Viking ITB : Untuk Tuhan, bangsa dan Maung Bandung.
10. Viking UPI : Bobotoh ilmiah, edukatif jeung religius.
11. Viking Borneo : Di garis khatulistiwa kami ada untuk PERSIB.
12. Viking Ganas (Subang) : Satu hati, satu nyali ngadukung PERSIB.
13. Viking Pemadam DKI Jakarta : Pantang pulang sebelum PERSIB menang.
14. Viking Malaysia : Panceg dina galur sanajan awak lebur di nagara batur.
15. Viking Wonosobo : Sanajan adoh tetep bobotoh.
16. Viking Batujajar : Moal ngejat ngadukung PERSIB.
17. Viking Karawang : Lupakan cinta demi PERSIB.
18. Viking Indramayu : PERSIB reang pujare reang.
19. Viking Cirebon : Jabat erat tangan kami, PERSIB atau mati !.
20. Viking Cikarang : From Cikarang with love for PERSIB.
21. Viking Bunter : Meunang babaung eleh teu pundung.
22. Viking Bogor : From Bogor for PERSIB.
23. Viking Purwakarta : PERSIB duriat aing.
24. Viking Tasik Timur : Hade goreng PERSIB samaotna.
25. Viking Banten : Dinanti dan selalu ditakuti.
26. Viking Kuningan : Duriat PERSIB sampai mati.
27. Viking sukabumi : Saedanna ngadukung PERSIB tapi make manah.
28. Viking Buah batu : Sanajan nekat lalajo PERSIB moal kalewat.
29. Viking Cimahi : Untuk cemburupun aku tak berhak.
30. Viking Jababeka : Di rantau kami membiru.
31. Viking Semarang : Sa’adoh-adohe aku melaku PERSIB tetep neng ati nganti mati.
32. Viking Sumedang : Makanan tahu warna selalu biru.
33. Viking Situraja : Baheula, ayeuna, pageto dukung PERSIB.
34. Viking Lembang : Neugtreug, teuneung, ludeung.
35. Viking Cilegon : Ngabela sakuat baja.
36. Viking Korwil Inhoftank : Moal cundang najan tandang.
37. Viking Pangalengan : tegak berdiri mendukungmu sampai mati.
38. Viking Banten : Ketrukeun elmu panemu, papatkeun jampe pamake, asah kabeh pakarang sangkan PERSIB jadi jawara.
39. Viking Brebes : Dukung PERSIB pake hati bukan pake emosi.
40. Viking Blue Army Cianjur : Kami ada untuk PERSIB.
41. Viking Galaxy ’33 (Panjalu) : Urang Panjalu aya keur PERSIB.
42. Viking Batam : Totalitas bukan untuk popularitas dari Batam untuk PERSIB Bandung.
43. Viking SMAN 5 Karawang : For PERSIB loyalitas tanpa batas.
44. Viking Pandeglang (Banten) : Sakuat badak ngadukung PERSIB.
45. Viking Cikampek : Loyality and totality for PERSIB.
46. Viking Gerombolan Tasikmalaya : Serang, lawan, menang.
47. Viking Galunggung : Aksi terus sampai nafas tak berhembus.
48. Viking Bayah-Palabuan : Sebiru laut kami, sebiru hati kami, PERSIB di hati untuk selamanya.
49. Viking Pagadean Cicalengka : Moal waka kawin saacan PERSIB jadi juara.
50. Viking Bandung Tengah : Sapapait, samamanis, PERSIB moal ingkah tina hate.
51. Viking Distrik Cijerah : Dari Bandung untuk Bandung sampai matipun untuk Maung Bandung.
52. Viking Tanjungsari : Siap tempur demi PERSIB make manah.
53. Viking Sumatera Barat : Walaupun kami di ranah minang, PERSIB.
54. Viking Hooligan : Demi sebuah kehormatan.
55. Viking Tembagapura : Jauh ti lembur si biru moal luntur.
56. Viking Genvilh : Moal pundung, moal nyerah tetap dukung PERSIB Bandung make manah.
57. Viking Kebumen : Kita selalu beriman mendukung PERSIB Bandung.
58. Viking Gerbang : Kami akan selalu ada untuk PERSIB.
59. Viking Pandawa : Liar tapi sopan.
60. Viking Bali : Salawasna, beuki jauh beuki nyaah.
61. Viking United : Coming for PERSIB.
62. Viking Cibubur : Berdiri tanpa paksaaan.
63. Viking Sidoarjo : Meskipun jarak memisahkan kita tapi PERSIB selalu di hati.
64. Viking Zihad Majalengka : Sakereteg ati nyuwun bukti salirik mata nyuwun mata.
65. Viking Sitgar : Sekali berarti setelah itu mati !.
66. Viking Ujungjaya : Dari ujung kami membiru untuk PERSIB.
67. Viking Jambi : Sudah harga mati PERSIB di bumi pertiwi.
68. Viking 3 Raksa Tangerang : Menembus batas untuk sebuah kemenangan.
69. Viking Ciwastra : Soul power for PERSIB.
70. Viking Underground Cianjur : Banggakan diri dengan jati diri.
71. Viking Independent Indramayu : Nyata tanpa kata.
72. Viking Subang : Hidup hanya sekali dukung PERSIB sampai mati.
73. Viking The Brother (Garut Raya) : PERSIB nepi ka paeh.
74. Viking Warpan : Kami datang bukan untuk perang tapi kami datang untuk PERSIB.
75. Viking 27 Brother Home : Eleh meunang teu paduli teuing nepi paeh PERSIB nu aing.
76. Viking SMAN 5 Cimahi : Borojol jang PERSIB.
77. Viking Salatiga : Always there to PERSIB.
78. Viking Distrik Jatayu : Hareudang mun teu ngadukung PERSIB.
79. Viking Pangandaran : PERSIB Bandung jiwa raga orang sunda.
80. Bobotoh Cianjur : Ngeureuyeuh ka stadion ngabelaan PERSIB.
81. Viking Palmatak : Siap membiru tak gentar walau berbeda suku.
82. Viking Borneo : Borneo tanah kami PERSIB jiwa raga kami.
83. Viking Papua : Selalu membirukan Papua.
84. Viking Lombok : Kanak, sasak pendukung PERSIB.
85. Viking Tanpoer Karawang : Bukan merah tapi biru.
86. Viking Darmaraja : Warna biru raja kami teu juara nu penting jadi raja.
87. Viking Batoer Bekasi : Bersolidaritas,berloyalitas untuk PERSIB !.
88. Viking Tokyo : From Tokyo with love for PERSIB !. 89. Viking Manggarai Jakarta Pusat : Kami ada, PERSIB never die.
90. Patriotriz PERSIB : Integritas kami takan tergantikan.
91. Viking Depok : Always blue in enemy territory.
92. Viking Banjar Patroman : Panceg na alur, akur jeung dulur, ngajaga lembur.
93. Viking Purbasel : kumpul ngariung ngadukung PERSIB Bandung.
94. Bobotoh Sulawesi Selatan : Siap dukung PERSIB sampai mati.

95. Bobotoh Balad Cirebon : Dahulu,sekarang,nanti dan seterusnya tetap untuk PERSIB